Apa
sih Star Up?
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_rintisan menjelaskan:
"Perusahaan
rintisan , umumnya disebut startup (atau ejaan lain yaitu start-up ), merujuk
pada semua perusahaan yang belum lama beroperasi. Perusahaan-perusahaan ini
sebagian besar merupakan perusahaan yang baru didirikan dan berada dalam fase
pengembangan dan
penelitian untuk menemukan pasar yang tepat. Istilah " startup "
menjadi populer secara internasional pada masa gelembung dot-com , di mana
dalam periode tersebut banyak perusahaan dot-com didirikan secara
bersamaan."
Sementara,
Startup merupakan kata serapan dari
Bahasa
Inggris yang berarti ‘memulai sesuatu’. Sedangkan bisnis startup sendiri
menurut Google adalah ‘sebuah usaha kewirausahaan atau bisnis inovatif dalam
bentuk perusahaan.
Sederhannya,
startup adalah sebuah bisnis rintisan. Istilah ini mulai dikenal setelah era
internet. Faktornya ini adalah karena banyak perusahaan yang dimulai dari nol
oleh satu atau beberapa orang saja kemudian menjadi besar.
Kaskus
adalah saalah satu jenis contohnya. Perusahaan ini didirikan oleh dua orang
kemudian perusahaan ini menjadi besar dan tidak lagi jadi startup.
Contoh
lainnya adalah Tokopedia yang awalnya didirikan oleh William Tanuwijaya dan rekannya
Leontinus Alpha Edison. Tokopedia dimulai dari nol sampai kemudian menjadi
besar karena mendapatkan investor.
Perusahan
startup lainnya adalah Ruangguru.com, TIket.com, Bukalapak.com, Go-Jek yang
sedang populer, dan masih banyak startup lainnya.Perusahaan-perusahaan tersebut
cukup sukses dan mendapatkan banyak pendanaan dari investor.
Istilah
sartrup sendiri sebenarnya baru populer ketika banyak perusahaan yang
menggunakan domain .com bermunculan. Fenomena ini disebut sebagai buble
dot-com, sebuah fenomena ketika banyak perusahaan punya situs pribadinya.
Dari
fenomena itulah, startup kemudian selalu diidentikan dengan perusahaan yang
berhubungan dengan teknologi. Padahal, istilah startup sebenarnya bisa
digunakan untuk perusahaan berkembang lainnya di berbagai bidang.
Dalam
urutan acak, inilah 10 startup yang perlu diperhatikan oleh para investor.
aCommerce
aCommerce
adalah contoh yang tepat untuk sebuah startup yang berpotensi kuat mencapai
nilai investasi sembilan digit dollar. Perusahaan ini sendiri sepertinya sudah
bisa dibilang sebagai jagoan di bidang logistik e-commerce dan pengadaan.
Terbukti dengan keberhasilan mereka menggaet klien besar seperti contohnya
Lippo Group, MatahariMall , dan Sinar Mas. aCommerce juga mencetak rekor
pendanaan
seri A terbesar di Indonesia, dengan nominal $10,7 juta (sekitar Rp144,4
miliar) , tahun lalu.
CEO
Paul Srivorakul mengatakan bahwa aCommerce sedang bersiap untuk perolehan
pendanaan seri B, yang ia yakini akan mencapai hampir $30 juta (Rp404 milyar).
Perusahaan ini memang berasal dari Thailand, tapi Srivorakul mengatakan kepada
Tech in Asia bahwa indonesia telah menjadi wilayah operasi terbesar bagi
aCommercce.
HappyFresh
Rekor
yang dicetak aCommerce tahun lalu ternyata tidak bertahan lama, aplikasi delivery
bahan makanan HappyFresh berhasil memecahkannya pada September 2015 dengan
mencatat pendanaan seri A sebesar $12 juta (sekitar Rp161,9 miliar) dari grup
investor yang dipimpin oleh Vertex Ventures dan Sinar Mas Digital Ventures.
HappyFresh
mirip dengan layanan
Instacart
untuk kawasan Asia Tenggara. Perusahaan ini menganut sistem aset rendah, dalam
artian bahwa mereka tidak memiliki gudang ataupun pusat pengerjaan; mereka
hanya mempekerjakan para pengantar dan mereka yang akan berbelanja di berbagai
supermarket.
Para
pekerja inilah yang kemudian mengurus pesanan belanja hingga sampai ke tangan
pemesan. Perusahaan yang bermula di Jakarta dan Kuala Lumpur ini baru saja
melebarkan sayap ke Bangkok, dan akan segera berekspansi ke Taipei.
YesBoss
YesBoss
adalah layanan asisten pribadi berbasis SMS yang baru-baru ini mendapatkan
pendanaan dari 500 startup, Convergence Ventures, dan IMJ Investment Partners.
Mereka
yang sibuk atau malas bergerak sangat cocok dengan layanan ini karena rasanya
seperti memiliki asisten pribadi yang dapat melakukan berbagai hal.
Bulan
Maret lalu, Magic — layanan yang mirip dengan YesBoss di Amerika — dilaporkan
mendapat $12 juta atau Rp161,9 milyar dari Sequoia Capital dengan valuasi
perusahaan sebesar $40 juta (Rp540,5 milyar).
YesBoss
adalah salah satu contoh menarik mengenai startup yang sudah berada di tepi
“jurang”. Mereka berhasil memenangkan banyak hati para pengguna awal, tapi
masih banyak tantangan ke depan.
Masalah
yang dihadapi adalah skalabilitas (yang menurut mereka dapat diatasi oleh AI
berbahasa Indonesia), kompetisi dari HaloDiana milik Ryan Gondokusumo, dan
pertanyaan penting mengenai apakah model bisnis seperti ini akan bisa
berkembang dan diminati oleh pengguna mainstream .
Jika
dikelola dengan benar, YesBoss bisa menjadi sangat besar. Tapi, di tahap yang
masih awal ini, kesalahan bisa berakibat fatal.
eFishery
eFishery
adalah penyedia solusi teknologi untuk pengelolaan kolam ikan komersil. Produk
mereka adalah alat pemberi makan otomatis yang dapat dipasang di kolam dan bisa
mendeteksi tingkat nafsu makan ikan-ikan untuk kemudian mengeluarkan makanan
secara otomatis.
Sebagai
startup yang bergerak di ranah Internet of Things untuk pengembang biakan ikan
dan udang, eFishery mengklaim produknya sebagai solusi terhadap salah satu
masalah terberat dalam bisnis ternak ikan. Menurut eFishery, proses pemberian
makan para ikan mengambil sekitar 50 hingga 80 persen dari total biaya bisnis.
Perusahaan
ini baru saja
mendapatkan
pendanaan pra-seri A dari Aqua-Spark, sebuah perusahaan investasi akuakultur
dari Belanda, dan perusahaan pendanaan lokal Ideosource. Seperti beberapa
startup yang telah disebutkan sebelumnya, eFishery juga merupakan konsep baru
yang masih perlu membuktikan diri apakah bisa sukses di pasar umum.
Namun,
melihat kompetisi yang masih minim di Asia Tenggara, eFishery sepertinya akan
bisa wilayah ini dengan relatif nyaman. Co-founder dan CEO Gibran Chuzaefah
Amsi El Farizy mengatakan bahwa startup -nya akan mengguncang pasar global yang
bernilai milyaran dollar.
Jualo
Jualo
adalah salah satu situs iklan yang bekerja keras untuk berhasil di Indonesia.
Mereka berhadapan langsung dengan OLX Indonesia yang sudah lebih dulu dominan.
Meskipun begitu, Jualo memulai dengan cukup baik; traffic situs mereka senantiasa
meningkat hingga mencapai lebih dari dua juta pengunjung di bulan kemarin , dan
mendapat pendanaan dari Mountain Kejora dan alpha JWC Ventures.
Founder
dan CEO, Chaim Fetter, juga bekerja keras untuk Jualo. Fetter mengklaim bahwa
situsnya telah memiliki ratusan ribu pengguna dengan nilai transaksi $100 juta
(sekitar Rp1,35 triliun) beberapa bulan sebelum memperoleh pendanaan. Sewaktu
masih kecil dan tinggal di Belanda, Fetter terbiasa membuat produk-produk
e-commerce .
Kini,
di Indonesia ia sangat berkomitmen, terbukti dengan proyek lain yang ia pegang
yaitu
Peduli
Anak Foundation di Indonesia Timur. Organisasi non-profit ini berlokasi di
dekat Mataram dan menyediakan tempat tinggal, layanan kesehatan, serta
fasilitas pendidikan bagi anak-anak tidak mampu. Dengan Jualo yang kini tengah
berada di tepi “jurang”, menarik untuk dilihat apakah mereka dapat melompat dan
sukses.
Fabelio
Fabelio
adalah salah satu startup dalam daftar ini yang menarik perhatian kami sejak
awal kemunculannya. Didirikan oleh
entrepreneur
lokal Christian Sutardi – yang sebelumnya pernah berafiliasi dengan Hill
Ventures dan Rocket Internet – Fabelio mengincar pasar
e-commerce
lokal untuk komoditas furnitur.
500
startup dan investor lain telah mendukungnya pada bulan Juli lalu dengan
memberikan pendanaan kepada Christian . Salah satu kompetitor Fabelio adalah
Livaza yang juga telah mendapat pendanaan dari East Ventures . Livaza sendiri
baru-baru ini mengalami pergantian kepemimpinan dengan masuknya Eddy Ng, pemain
baru di dunia
startup,
yang menggantikan founder dan CEO lama William Budiharsono.
Satu
hal yang pasti, pasar e-commerce untuk furnitur masih sangat terbuka di
Indonesia. Pasar ini terlihat menggiurkan dengan berkembangnya kelas menengah
yang mulai banyak mencari-cari meja kerja ataupun meja makan. Perusahaan riset
ritel Conlumino memprediksikan bahwa pasar furnitur di Indonesia akan mencapai
nilai $5.5 miliar (sekitar Rp67 triliun) di 2018. Investor tahap menengah dan
akhir berpeluang bagus jika terus memantau Fabelio.
HijUp
Toko
online khusus busana muslim di Indonesia, HijUp , sepertinya cukup pesat
berkembang dibandingkan yang lain. Pada 2015, mereka berhasil mendapat
pendanaan dari dua ronde yang berbeda , salah satunya memberikan pendanaan
lebih dari $1 juta (sekitar Rp13,5 milyar).
HijUp
menyediakan lebih dari 200 toko busana muslim, dan mengklaim bahwa dalam waktu
dekat akan berekspansi secara global. Beberapa kompetitor mereka di antaranya
adalah Hijabenka dan Saqina.
Busana
muslim diprediksi akan mengambil 11,2 persen dari total belanja fashion global
dalam tiga tahun ke depan menurut laporan dari Thompson Reuters dan Bidang
Perdagangan dan Industri Dubai. Beberapa tahun terakhir ini, kaum muslim
menghabiskan $224 miliar (sekitar Rp3.021 triliun) untuk urusan busana. Hal
tersebut menjadikan HijUp sebagai peluang besar yang dinantikan para investor.
Kudo
Kudo
merupakan peluang menarik untuk ecommerce yang menjembatani antara dunia online
dan offline di Indonesia. Pada awalnya, startup ini membangun beberapa mesin
dan menempatkannya di mall dan area publik lainnya. Orang-orang dapat
memakainya untuk membeli produk
ecommerce
.
Tujuan
mereka adalah untuk mengenalkan e-commerce kepada siapapun yang belum pernah
mencobanya. Kini, perusahaan ini mulai menggunakan pendekatan kemanusiaan,
dengan mempekerjakan para agen yang bertugas memandu para pengguna yang baru
pertama kali mencoba layanan ini .
Kudo
memiliki sejumlah investor di Indonesia, ada beberapa VC dan juga Emtek Group –
salah satu perusahaan media terbesar di Indonesia. Sektor e-commerce menjadi
salah satu topik paling hangat di Asia Tenggara. Namun, untuk mencapai
potensinya, startup perlu mengedukasi para calon penggunanya. Kudo sebenarnya
secara ideal berposisi sebagai pembawa para pengguna kepada dunia belanja
online . Akankah mereka berhasil?
Zeemi.tv
Zeemi.tv
adalah salah satu startup yang menyasar perilaku sosial orang Indonesia yang
unik. Situs ini menyediakan layanan live-streaming yang ramah keluarga, dan
memungkinkan semua orang dapat menampilkan karyanya secara
online
, mendapatkan hadiah atas karyanya, dan mengambil hadiah tersebut dalam bentuk
uang tunai.
Founder
dan CEO Tom Damek adalah mantan CEO Lazada Indonesia, yang mana tentunya sudah
menguasai situasi di pasar lokal ini. Perusahaan pendanaan dari Jepang, DeNa ,
belum lama ini
mendanai
Zeemi sebesar $1 juta (sekitar Rp13,5 miliar) .
Startup
ini berhasil menggaet lebih dari dua juta pengunjung di situsnya dalam beberapa
bulan terakhir. Dibandingkan dengan kompetitor lokalnya yang didukung oleh
Baidu,
CliponYu,
menggunakan video DJ seksi dan sudah memiliki lebih dari 26 juta pengunjung per
bulan, Zeemi lebih memilih strategi perlahan tapi pasti. CliponYu jelas
menyasar pengguna muda yang kesepian dan betah berjam-jam di depan komputer,
sementara Zeemi berpotensi menggaet pasar yang lebih besar jika dikelola dengan
benar.
Bridestory
Bridestory
adalah startup yang sadar bahwa pernikahan adalah ladang bisnis yang kebal
terhadap resesi. Orang-orang di Asia akan selalu menikah tanpa terlalu menghiraukan
kondisi
ekonomi yang ada.
Mungkin
ini salah satu sebabnya Rocket Internet menyimpang dari kecenderungan mereka
untuk selalu menciptakan startup-nya sendiri dan mulai memberikan pendanaan
kepada Bridestory dalam ronde seri A mereka senilai tujuh digit pada Maret
lalu.
Sejak
saat itu, Bridestory terus tumbuh, kini mereka bekerja sama dengan MediaCorp
dari Singapura untuk berekspansi ke negara Asia Tenggara lainnya. Penggunanya
bulan lalu mencapai 410.000 orang, dan mereka mengklaim memiliki 10.000
vendor.
Sumber
https://id.techinasia.com/startup-paling-potensial-di-indonesia
Lalu
kita pasti bertanya-tanya bagaimana sih kiat-kiat mengembangkan bisnis start up
ya,kan?
Oke
langsung saja
Tahap
1 : Pada fase ini, seorang founder perlu menggali lagi passion dan potensi
dirinya. Siapa dirinya, apa masa lalunya, apa hobinya, kegiatan apa saja yang
pernah ia ikuti, komunitas mana saja yang ia masuki, dan lain sebagainya. Hal
ini dibutuhkan untuk memastikan ide yang dibangun sesuai dengan siapa dirinya.
Contoh, ketika saya adalah maniak sepak bola, hobi saya koleksi jersey bola,
tiap weekend jadwal wajib saya adalah nobar di kafe-kafe, pokoknya passion saya
ada di sepak bola banget lah, rasanya agak kurang tepat jika ide startup saya
ada di bidang otomotif. Jadi pada tahap ini, kita harus memastikan betul
“kenapa harus kita yang membuat itu?”. Lalu setelah itu, kita harus melakukan
market resarch mengenai ide itu. Lihat bagaimana saingan di pasar, bagaimana
keberterimaan di masyarakat, dan lain sebagainya. Contoh, rasanya akan sulit
jika kita ingin membuat startup dengan produk search engine karena saingan kita
adalah google, bing, yahoo, dst. Lalu, sulit juga jika kita ingin membuat
startup dengan produk hologram chat mengingat keberterimaan masyarakat
indonesia terhadap teknologi hologram dan bandwidth internet yang rendah. Jadi
setelah memastikan diri kita, kita pastikan ide kita.
Tahap
2 : Pada fase ini, seorang founder harus siap berganti-ganti topi. Maksudnya
berganti-ganti topi adalah siap untuk belajar menjadi seorang ahli marketing,
ahli finance, ahli administration, ahli outsourcing, dan lain sebagainya. Ada
pelajaran-pelajaran bisnis yang harus kita gali dalam-dalam jika ingin
membangun sebuah perusahaan. Mengatur cashflow gimana, proses hukum di
Indonesia bagaimana, cara membuat kontrak gimana, cara berkomunikasi dengan
client/vendor gimana, cara merekruit orang gimana, cara menggaji yang sesuai
dengan undang-undang gimana, dan banyak sekali bidang ilmu lain yang harus kita
pelajari sebelum membangun perusahaan. Kenapa kita harus belajar itu semua?
Karena ketika membangun startup, percayalah, kita gak akan punya uang untuk
ngehire semua ahli tersebut. Para founder inilah yang harus mampu mengenali
bidang-bidang itu, setidaknya sampai startupnya mendapat suntikan capital atau
dapur ngepul.
Tahap
3 : Baru pada fase ini, produk di buat. Tahap ini berfokus untuk merealisasikan
visi, ide, dan mimpi founder menjadi sebuah karya nyata dan produk yang baik.
Di sinilah tahapan untuk melakukan perancangan produk, implementasi produk,
testing produk, revisi produk, testing lagi, revisi lagi, testing lagi, dan
seterusnya. Seharusnya fase ini tidak begitu sulit jika fase pertama telah
dilalui dengan baik karena kebutuhan apa saja yang perlu ada di produk yang
akan dibangun sudah jelas dan tidak akan melebar atau berganti arah. Produk yang
baik adalah produk yang didesain dengan baik dan desain yang baik hanya bisa
lahir dari visi yang jelas. Istilahnya, “Fail to Plan, Plan to Fail”. Kalau
kita gagal merencanakan, itu sama saja dengan kita merencanakan kegagalan.
Tahap
4 : Pada fase ini, kita memasarkan produk kita. Di sini kita mulai untuk
mengatur timing merilis produk dan fitur-fiturnya, memilah fitur apa yang
keluar duluan, belajar melakukan kampanye di berbagai media, melihat feedback
dari pengguna. Di fase ini juga kita mulai melakukan press release, melakukan
networking, mencari investor, mencari client, dan lain sebagainya. Ada istilah
“a Good product will market itself”, mungkin benar adanya bagi kebanyakan
produk, tapi tanpa penanganan yang baik dari segi marketing, produk bagus pun
tidak akan kemana-mana.
Nah, Jadi kesimpulan Startup merupakan sebuah perusaaan yang baru di bangun atau dalam masa
rintisan, namun tidak berlaku untuk semua bidang usaha, istilah startup ini
lebuh di kategorikan untuk perusahaan bidang teknologi dan informasi yang
berkembang di dunia internet. So, berminat? GO! Mulailah...