Jumat, 14 Oktober 2016

STARTUP! GO!


Apa sih Star Up?

        https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_rintisan menjelaskan:
"Perusahaan rintisan , umumnya disebut startup (atau ejaan lain yaitu start-up ), merujuk pada semua perusahaan yang belum lama beroperasi. Perusahaan-perusahaan ini sebagian besar merupakan perusahaan yang baru didirikan dan berada dalam fase
pengembangan dan penelitian untuk menemukan pasar yang tepat. Istilah " startup " menjadi populer secara internasional pada masa gelembung dot-com , di mana dalam periode tersebut banyak perusahaan dot-com didirikan secara bersamaan."

Sementara, Startup merupakan kata serapan dari
Bahasa Inggris yang berarti ‘memulai sesuatu’. Sedangkan bisnis startup sendiri menurut Google adalah ‘sebuah usaha kewirausahaan atau bisnis inovatif dalam bentuk perusahaan.

Sederhannya, startup adalah sebuah bisnis rintisan. Istilah ini mulai dikenal setelah era internet. Faktornya ini adalah karena banyak perusahaan yang dimulai dari nol oleh satu atau beberapa orang saja kemudian menjadi besar.

Kaskus adalah saalah satu jenis contohnya. Perusahaan ini didirikan oleh dua orang kemudian perusahaan ini menjadi besar dan tidak lagi jadi startup.

Contoh lainnya adalah Tokopedia yang awalnya didirikan oleh William Tanuwijaya dan rekannya Leontinus Alpha Edison. Tokopedia dimulai dari nol sampai kemudian menjadi besar karena mendapatkan investor.

Perusahan startup lainnya adalah Ruangguru.com, TIket.com, Bukalapak.com, Go-Jek yang sedang populer, dan masih banyak startup lainnya.Perusahaan-perusahaan tersebut cukup sukses dan mendapatkan banyak pendanaan dari investor.
Istilah sartrup sendiri sebenarnya baru populer ketika banyak perusahaan yang menggunakan domain .com bermunculan. Fenomena ini disebut sebagai buble dot-com, sebuah fenomena ketika banyak perusahaan punya situs pribadinya.
Dari fenomena itulah, startup kemudian selalu diidentikan dengan perusahaan yang berhubungan dengan teknologi. Padahal, istilah startup sebenarnya bisa digunakan untuk perusahaan berkembang lainnya di berbagai bidang.

Dalam urutan acak, inilah 10 startup yang perlu diperhatikan oleh para investor.

aCommerce
aCommerce adalah contoh yang tepat untuk sebuah startup yang berpotensi kuat mencapai nilai investasi sembilan digit dollar. Perusahaan ini sendiri sepertinya sudah bisa dibilang sebagai jagoan di bidang logistik e-commerce dan pengadaan. Terbukti dengan keberhasilan mereka menggaet klien besar seperti contohnya Lippo Group, MatahariMall , dan Sinar Mas. aCommerce juga mencetak rekor
pendanaan seri A terbesar di Indonesia, dengan nominal $10,7 juta (sekitar Rp144,4 miliar) , tahun lalu.
CEO Paul Srivorakul mengatakan bahwa aCommerce sedang bersiap untuk perolehan pendanaan seri B, yang ia yakini akan mencapai hampir $30 juta (Rp404 milyar). Perusahaan ini memang berasal dari Thailand, tapi Srivorakul mengatakan kepada Tech in Asia bahwa indonesia telah menjadi wilayah operasi terbesar bagi aCommercce.

HappyFresh
Rekor yang dicetak aCommerce tahun lalu ternyata tidak bertahan lama, aplikasi delivery bahan makanan HappyFresh berhasil memecahkannya pada September 2015 dengan mencatat pendanaan seri A sebesar $12 juta (sekitar Rp161,9 miliar) dari grup investor yang dipimpin oleh Vertex Ventures dan Sinar Mas Digital Ventures.

HappyFresh mirip dengan layanan

Instacart untuk kawasan Asia Tenggara. Perusahaan ini menganut sistem aset rendah, dalam artian bahwa mereka tidak memiliki gudang ataupun pusat pengerjaan; mereka hanya mempekerjakan para pengantar dan mereka yang akan berbelanja di berbagai supermarket.

Para pekerja inilah yang kemudian mengurus pesanan belanja hingga sampai ke tangan pemesan. Perusahaan yang bermula di Jakarta dan Kuala Lumpur ini baru saja melebarkan sayap ke Bangkok, dan akan segera berekspansi ke Taipei.

YesBoss
YesBoss adalah layanan asisten pribadi berbasis SMS yang baru-baru ini mendapatkan pendanaan dari 500 startup, Convergence Ventures, dan IMJ Investment Partners.

Mereka yang sibuk atau malas bergerak sangat cocok dengan layanan ini karena rasanya seperti memiliki asisten pribadi yang dapat melakukan berbagai hal.
Bulan Maret lalu, Magic — layanan yang mirip dengan YesBoss di Amerika — dilaporkan mendapat $12 juta atau Rp161,9 milyar dari Sequoia Capital dengan valuasi perusahaan sebesar $40 juta (Rp540,5 milyar).

YesBoss adalah salah satu contoh menarik mengenai startup yang sudah berada di tepi “jurang”. Mereka berhasil memenangkan banyak hati para pengguna awal, tapi masih banyak tantangan ke depan.
Masalah yang dihadapi adalah skalabilitas (yang menurut mereka dapat diatasi oleh AI berbahasa Indonesia), kompetisi dari HaloDiana milik Ryan Gondokusumo, dan pertanyaan penting mengenai apakah model bisnis seperti ini akan bisa berkembang dan diminati oleh pengguna mainstream .
Jika dikelola dengan benar, YesBoss bisa menjadi sangat besar. Tapi, di tahap yang masih awal ini, kesalahan bisa berakibat fatal.

eFishery
eFishery adalah penyedia solusi teknologi untuk pengelolaan kolam ikan komersil. Produk mereka adalah alat pemberi makan otomatis yang dapat dipasang di kolam dan bisa mendeteksi tingkat nafsu makan ikan-ikan untuk kemudian mengeluarkan makanan secara otomatis.

Sebagai startup yang bergerak di ranah Internet of Things untuk pengembang biakan ikan dan udang, eFishery mengklaim produknya sebagai solusi terhadap salah satu masalah terberat dalam bisnis ternak ikan. Menurut eFishery, proses pemberian makan para ikan mengambil sekitar 50 hingga 80 persen dari total biaya bisnis.
Perusahaan ini baru saja

mendapatkan pendanaan pra-seri A dari Aqua-Spark, sebuah perusahaan investasi akuakultur dari Belanda, dan perusahaan pendanaan lokal Ideosource. Seperti beberapa startup yang telah disebutkan sebelumnya, eFishery juga merupakan konsep baru yang masih perlu membuktikan diri apakah bisa sukses di pasar umum.
Namun, melihat kompetisi yang masih minim di Asia Tenggara, eFishery sepertinya akan bisa wilayah ini dengan relatif nyaman. Co-founder dan CEO Gibran Chuzaefah Amsi El Farizy mengatakan bahwa startup -nya akan mengguncang pasar global yang bernilai milyaran dollar.

Jualo
Jualo adalah salah satu situs iklan yang bekerja keras untuk berhasil di Indonesia. Mereka berhadapan langsung dengan OLX Indonesia yang sudah lebih dulu dominan. Meskipun begitu, Jualo memulai dengan cukup baik; traffic situs mereka senantiasa meningkat hingga mencapai lebih dari dua juta pengunjung di bulan kemarin , dan mendapat pendanaan dari Mountain Kejora dan alpha JWC Ventures.

Founder dan CEO, Chaim Fetter, juga bekerja keras untuk Jualo. Fetter mengklaim bahwa situsnya telah memiliki ratusan ribu pengguna dengan nilai transaksi $100 juta (sekitar Rp1,35 triliun) beberapa bulan sebelum memperoleh pendanaan. Sewaktu masih kecil dan tinggal di Belanda, Fetter terbiasa membuat produk-produk e-commerce .
Kini, di Indonesia ia sangat berkomitmen, terbukti dengan proyek lain yang ia pegang yaitu
Peduli Anak Foundation di Indonesia Timur. Organisasi non-profit ini berlokasi di dekat Mataram dan menyediakan tempat tinggal, layanan kesehatan, serta fasilitas pendidikan bagi anak-anak tidak mampu. Dengan Jualo yang kini tengah berada di tepi “jurang”, menarik untuk dilihat apakah mereka dapat melompat dan sukses.

Fabelio
Fabelio adalah salah satu startup dalam daftar ini yang menarik perhatian kami sejak awal kemunculannya. Didirikan oleh
entrepreneur lokal Christian Sutardi – yang sebelumnya pernah berafiliasi dengan Hill Ventures dan Rocket Internet – Fabelio mengincar pasar
e-commerce lokal untuk komoditas furnitur.

500 startup dan investor lain telah mendukungnya pada bulan Juli lalu dengan memberikan pendanaan kepada Christian . Salah satu kompetitor Fabelio adalah Livaza yang juga telah mendapat pendanaan dari East Ventures . Livaza sendiri baru-baru ini mengalami pergantian kepemimpinan dengan masuknya Eddy Ng, pemain baru di dunia
startup, yang menggantikan founder dan CEO lama William Budiharsono.
Satu hal yang pasti, pasar e-commerce untuk furnitur masih sangat terbuka di Indonesia. Pasar ini terlihat menggiurkan dengan berkembangnya kelas menengah yang mulai banyak mencari-cari meja kerja ataupun meja makan. Perusahaan riset ritel Conlumino memprediksikan bahwa pasar furnitur di Indonesia akan mencapai nilai $5.5 miliar (sekitar Rp67 triliun) di 2018. Investor tahap menengah dan akhir berpeluang bagus jika terus memantau Fabelio.

HijUp
Toko online khusus busana muslim di Indonesia, HijUp , sepertinya cukup pesat berkembang dibandingkan yang lain. Pada 2015, mereka berhasil mendapat pendanaan dari dua ronde yang berbeda , salah satunya memberikan pendanaan lebih dari $1 juta (sekitar Rp13,5 milyar).

HijUp menyediakan lebih dari 200 toko busana muslim, dan mengklaim bahwa dalam waktu dekat akan berekspansi secara global. Beberapa kompetitor mereka di antaranya adalah Hijabenka dan Saqina.

Busana muslim diprediksi akan mengambil 11,2 persen dari total belanja fashion global dalam tiga tahun ke depan menurut laporan dari Thompson Reuters dan Bidang Perdagangan dan Industri Dubai. Beberapa tahun terakhir ini, kaum muslim menghabiskan $224 miliar (sekitar Rp3.021 triliun) untuk urusan busana. Hal tersebut menjadikan HijUp sebagai peluang besar yang dinantikan para investor.

Kudo
Kudo merupakan peluang menarik untuk ecommerce yang menjembatani antara dunia online dan offline di Indonesia. Pada awalnya, startup ini membangun beberapa mesin dan menempatkannya di mall dan area publik lainnya. Orang-orang dapat memakainya untuk membeli produk
ecommerce .

Tujuan mereka adalah untuk mengenalkan e-commerce kepada siapapun yang belum pernah mencobanya. Kini, perusahaan ini mulai menggunakan pendekatan kemanusiaan, dengan mempekerjakan para agen yang bertugas memandu para pengguna yang baru pertama kali mencoba layanan ini .
Kudo memiliki sejumlah investor di Indonesia, ada beberapa VC dan juga Emtek Group – salah satu perusahaan media terbesar di Indonesia. Sektor e-commerce menjadi salah satu topik paling hangat di Asia Tenggara. Namun, untuk mencapai potensinya, startup perlu mengedukasi para calon penggunanya. Kudo sebenarnya secara ideal berposisi sebagai pembawa para pengguna kepada dunia belanja online . Akankah mereka berhasil?

Zeemi.tv
Zeemi.tv adalah salah satu startup yang menyasar perilaku sosial orang Indonesia yang unik. Situs ini menyediakan layanan live-streaming yang ramah keluarga, dan memungkinkan semua orang dapat menampilkan karyanya secara
online , mendapatkan hadiah atas karyanya, dan mengambil hadiah tersebut dalam bentuk uang tunai.

Founder dan CEO Tom Damek adalah mantan CEO Lazada Indonesia, yang mana tentunya sudah menguasai situasi di pasar lokal ini. Perusahaan pendanaan dari Jepang, DeNa , belum lama ini
mendanai Zeemi sebesar $1 juta (sekitar Rp13,5 miliar) .

Startup ini berhasil menggaet lebih dari dua juta pengunjung di situsnya dalam beberapa bulan terakhir. Dibandingkan dengan kompetitor lokalnya yang didukung oleh Baidu,
CliponYu, menggunakan video DJ seksi dan sudah memiliki lebih dari 26 juta pengunjung per bulan, Zeemi lebih memilih strategi perlahan tapi pasti. CliponYu jelas menyasar pengguna muda yang kesepian dan betah berjam-jam di depan komputer, sementara Zeemi berpotensi menggaet pasar yang lebih besar jika dikelola dengan benar.

Bridestory
Bridestory adalah startup yang sadar bahwa pernikahan adalah ladang bisnis yang kebal terhadap resesi. Orang-orang di Asia akan selalu menikah tanpa terlalu menghiraukan
kondisi ekonomi yang ada.

Mungkin ini salah satu sebabnya Rocket Internet menyimpang dari kecenderungan mereka untuk selalu menciptakan startup-nya sendiri dan mulai memberikan pendanaan kepada Bridestory dalam ronde seri A mereka senilai tujuh digit pada Maret lalu.
Sejak saat itu, Bridestory terus tumbuh, kini mereka bekerja sama dengan MediaCorp dari Singapura untuk berekspansi ke negara Asia Tenggara lainnya. Penggunanya bulan lalu mencapai 410.000 orang, dan mereka mengklaim memiliki 10.000 vendor. 
Sumber https://id.techinasia.com/startup-paling-potensial-di-indonesia

Lalu kita pasti bertanya-tanya bagaimana sih kiat-kiat mengembangkan bisnis start up ya,kan?

Oke langsung saja

Tahap 1 : Pada fase ini, seorang founder perlu menggali lagi passion dan potensi dirinya. Siapa dirinya, apa masa lalunya, apa hobinya, kegiatan apa saja yang pernah ia ikuti, komunitas mana saja yang ia masuki, dan lain sebagainya. Hal ini dibutuhkan untuk memastikan ide yang dibangun sesuai dengan siapa dirinya. Contoh, ketika saya adalah maniak sepak bola, hobi saya koleksi jersey bola, tiap weekend jadwal wajib saya adalah nobar di kafe-kafe, pokoknya passion saya ada di sepak bola banget lah, rasanya agak kurang tepat jika ide startup saya ada di bidang otomotif. Jadi pada tahap ini, kita harus memastikan betul “kenapa harus kita yang membuat itu?”. Lalu setelah itu, kita harus melakukan market resarch mengenai ide itu. Lihat bagaimana saingan di pasar, bagaimana keberterimaan di masyarakat, dan lain sebagainya. Contoh, rasanya akan sulit jika kita ingin membuat startup dengan produk search engine karena saingan kita adalah google, bing, yahoo, dst. Lalu, sulit juga jika kita ingin membuat startup dengan produk hologram chat mengingat keberterimaan masyarakat indonesia terhadap teknologi hologram dan bandwidth internet yang rendah. Jadi setelah memastikan diri kita, kita pastikan ide kita.

Tahap 2 : Pada fase ini, seorang founder harus siap berganti-ganti topi. Maksudnya berganti-ganti topi adalah siap untuk belajar menjadi seorang ahli marketing, ahli finance, ahli administration, ahli outsourcing, dan lain sebagainya. Ada pelajaran-pelajaran bisnis yang harus kita gali dalam-dalam jika ingin membangun sebuah perusahaan. Mengatur cashflow gimana, proses hukum di Indonesia bagaimana, cara membuat kontrak gimana, cara berkomunikasi dengan client/vendor gimana, cara merekruit orang gimana, cara menggaji yang sesuai dengan undang-undang gimana, dan banyak sekali bidang ilmu lain yang harus kita pelajari sebelum membangun perusahaan. Kenapa kita harus belajar itu semua? Karena ketika membangun startup, percayalah, kita gak akan punya uang untuk ngehire semua ahli tersebut. Para founder inilah yang harus mampu mengenali bidang-bidang itu, setidaknya sampai startupnya mendapat suntikan capital atau dapur ngepul.

Tahap 3 : Baru pada fase ini, produk di buat. Tahap ini berfokus untuk merealisasikan visi, ide, dan mimpi founder menjadi sebuah karya nyata dan produk yang baik. Di sinilah tahapan untuk melakukan perancangan produk, implementasi produk, testing produk, revisi produk, testing lagi, revisi lagi, testing lagi, dan seterusnya. Seharusnya fase ini tidak begitu sulit jika fase pertama telah dilalui dengan baik karena kebutuhan apa saja yang perlu ada di produk yang akan dibangun sudah jelas dan tidak akan melebar atau berganti arah. Produk yang baik adalah produk yang didesain dengan baik dan desain yang baik hanya bisa lahir dari visi yang jelas. Istilahnya, “Fail to Plan, Plan to Fail”. Kalau kita gagal merencanakan, itu sama saja dengan kita merencanakan kegagalan.

Tahap 4 : Pada fase ini, kita memasarkan produk kita. Di sini kita mulai untuk mengatur timing merilis produk dan fitur-fiturnya, memilah fitur apa yang keluar duluan, belajar melakukan kampanye di berbagai media, melihat feedback dari pengguna. Di fase ini juga kita mulai melakukan press release, melakukan networking, mencari investor, mencari client, dan lain sebagainya. Ada istilah “a Good product will market itself”, mungkin benar adanya bagi kebanyakan produk, tapi tanpa penanganan yang baik dari segi marketing, produk bagus pun tidak akan kemana-mana.


Nah, Jadi kesimpulan Startup merupakan sebuah perusaaan yang baru di bangun atau dalam masa rintisan, namun tidak berlaku untuk semua bidang usaha, istilah startup ini lebuh di kategorikan untuk perusahaan bidang teknologi dan informasi yang berkembang di dunia internet. So, berminat? GO! Mulailah...